Berita – Sukses Daily BMKG atau yang dikenal juga sebagai Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika memberikan peringatan tentang adanya hujan es. Khususnya jika awan cumulonimbus sebagai jenis awan konvektif terbentuk.
Mereka memberikan lampiran prosek cuaca mingguan dari tanggal 27 September hingga 3 Oktober 2024 di mana ada potensi peningkatan pembentukan awan cumulonimbus. Terlebih jika atmosfer sedang dalam keadaan labil.
Dampak Terbentuknya Cumulonimbus
Menurut BMKG, terbentuknya awan tersebut bisa menciptakan berbagai situasi berbeda. Misalnya saja munculnya angin kencang, lalu ada juga banyak kilat atau petir, fenomena hujan es, sampai dengan angin puting beliung.
Untuk, masyarakat Indonesia diminta lebih waspada sekitar satu minggu ke-depan. Warga diharapkan bersiap dengan segala kemungkinan; termasuk akan terjadinya cuaca ekstrem seperti hujan sangat lebat dalam waktu sebentar.
Biasanya hujan seperti ini akan datang dengan angin besar dan petir. Oleh karenanya, masyarakat harus mempersiapkan diri dengan baik, terutama yang sering beraktivitas di luar ruangan.
Masa Peralihan Terjadi di Beberapa Wilayah RI
Lebih lanjut, mulai akhir bulan September sampai dengan Oktober nanti, BMKG mengingatkan bahwa beberapa daerah di Republik Indonesia akan masuk ke masa peralihan.
Masa peralihan tersebut adalah dari musim kemarau ke Hujan. Seringkali, masa seperti ini datang dengan berbagai ciri khas seperti pola hujan di sore sampai malam hari saja.
Sebelumnya akan terjadi udara hangat terlebih dulu bahkan cuaca terik dari pagi sampai siang. Inilah mengapa BMKG menyebutnya sebagai cuaca yang cukup ekstrem.
Hujan di masa peralihan tersebut juga seringkali tidak rata atau intensitasnya bisa berbeda-beda. Artinya, akan ada hujan dengan intensitas sedang sampai lebat dalam waktu yang cepat.
Jika atmosfer di bumi tidak stabil (labil), maka potensi munculnya awan cumulonimbus akan semakin besar. Awan dengan bentuk seperti jamur ini memiliki karakteristik gelap, tebal, tinggi, dan disertai petir.
Analisis Dinamika Atmosfer BMKG
Dalam analisis dan pantauannya, BMKG memberikan pemaparan bahwa di berbagai tempat di Indonesia terpantau akan terjadi curah hujan yang masih tinggi. Namun, sebenarnya bagaimanakah dinamika atmosfer yang terjadi saat ini?
Menurut BMKG, dalam skala global nilai SOI, kemudian IOD, dan Nino 3.4 tidak menunjukkan signifikansi dengan tingginya curah hujan. Model filter dengan spasial MJO tanggal 27 sampai 28 September 2024 menunjukkan sebuah hasil.
Hasil ini berkaitan dengan fenomena bernama MJO spasial yang dapat aktif terjadi di lokasi Maluku Tenggara bahkan di perairan Laut Banda. Keadaan tersebut membuat awan hujan bisa saja tumbuh lebih banyak.
Dapat dilihat bahwa kombinasi fenomena cuaca di tanah air cukup beragam. Mulai dari gelombang atmosfer, kemudian fenomena MJO yang sudah dijelaskan, labilitas lokal yang kuat, hingga adanya daerah konvergensi.
Untuk itu, BMKG tetap memberikan peringatan dini mengenai kemungkinan cuaca signifikan. Cuaca seperti ini diprediksi akan muncul di rentang waktu 27 September sampai dengan 3 Oktober tahun 2024.