Berita – Sukses Daily Kisruh terjadi saat akan dilaksanakan penabuhan gamelan sekaten, tepatnya pada hari Selasa (9/9). Terjadi kisruh yang melibatkan masyarakat secara umum, semua dikarenakan adanya salah paham atas perintah raja.
Secara lebih lanjut terjadi juga tindakan kekerasan yang mengakibatkan beberapa orang terluka. Bukti visum serta laporan sudah dilakukan untuk mengusut kejadian tersebut agar tidak terulang lagi.
Kebingungan di Masyarakat Atas Prosesi Tabuh Gamelan
Seusai kejadian, klarifikasi dilakukan oleh sejumlah tokoh keraton kerajaan solo, termasuk juga adik serta menantu PB XIII Hangabehi pada Hari Jumat (13/9). KGPHA Dipokusumo mengungkapkan ada kesalahpahaman mengenai proses penabuhan gamelan.
Lebih lanjut, menurut KGPHA Dipokusumo mengatakan bahwa masyarakat kebanyakan gagal memahami dawuh dalem atau perintah raja jika dalam bahasa Indonesia.
Khususnya pada siapa yang diberikan perintah untuk menabuh gamelan sekaten tahun ini. Mandat tersebut secara khusus diberikan kepada menantu raja, KRA Rizki Baruna Ajidiningrat.
Adik raja PB XIII Hangabehi menambahkan “tata cara keraton memiliki hak mutlak untuk menentukan siapa yang terlibat pada penabuhan gamelan, itu adalah hak prerogratif sinuhun untuk menentukan siapa yang bertugas”
Tidak Tahunya KRA Rizki Baruna Ajidiningrat
Mendapatkan mandat langsung dari Raja membuat KRA Rizki memiliki tanggung jawab mutlak, dirinya merasa kaget saat sedang berada di Masjid Agung. Dirinya langsung bergegas turun ketika mendengar gamelan sudah dibunyikan, sebab tanpa aba-aba darinya maka ada kemungkinan sabotase dilakukan oleh pihak lain.
Dia hanya ingin tahu siapa yang berani memberikan perintah tersebut, padahal dirinyalah yang langsung mendapatkan mandat dari PB XIII untuk menjalankan tugas penting tersebut.
“Saya hanya ingin tahu siapa dalang dibalik itu semua, tentu agar bisa melaporkan kepada Sinuhun atas kejadian tersebut, sayangnya saya tidak bisa mendapatkan jawaban atas kejadian tersebut” papar Rizki.
Pihak Keraton “Resmi Merupakan Sabotase”
Pihak keraton sendiri mengatakan secara resmi bahwa itu merupakan tindakan sabotase, pasti ada pihak tertentu yang menginginkan acara tidak berjalan dengan lancar.
Sebab adanya kejadian di mana gamelan dibunyikan tanpa perintah resmi dari raja. Di mana terbukti bahwa menantu Raja yang ditunjuk sebagai pemegang mandat malah sedang berada di Masjid Agung saat dibunyikan.
Kecaman juga dilakukan karena adanya kekerasan fisik selama prosesi adat dilangsungkan. Apalagi itu terjadi pada tempat ibadah yang notabene merupakan tempat sakral untuk tidak terjadi tindakan kekerasan.
Desakan kepada kepolisian negara untuk mengusut kasus kekerasan ini dilakukan oleh pihak keraton, apalagi dengan bukti visum serta laporan dan banyaknya saksi. Laporan tentu saja akan menjadi sangat kuat.
Diharapkan juga polisi secara profesional mengusut kasus ini agar tidak terjadi hal serupa. Apalagi dalam beberapa hari akan dilakukan prosesi lainnya yang tidak kalah sakral dan penting juga.
Namun, meski begitu ada KP Eddy Wirabhumi yang mengatakan bahwa kejadian itu hanya salah paham. Ia berpesan bahwa sebaiknya Kita semua menjaga harmoni, meskipun ada salah paham, yang penting semuanya berjalan baik.