Berita – Sukses Daily Googling adalah kegiatan untuk menemukan sesuatu pada mesin pencarian Google, sehingga sebenarnya istilah ini tidak terlalu asing. Istilah tersebut pun sudah masuk kamus bahasa Inggris Oxfor, sehingga semakin banyak orang familiar dengan kata Googling.
Namun saat ini sepertinya istilah Googling tidak terlalu relevan lagi, karena para remaja mulai jarang memanfaatkan kegiatan tersebut. Katanya ini karena mereka mulai cenderung memakai Instagram dan TikTok, tapi benarkah?
Fenomena Gen Z yang Kurang Menggunakan Google
Ketika para remaja mulai menggunakan Google, maka ini menjadi pertanda bahwa mereka mulai melakukan perubahan terhadap cara interaksi di dunia maya secara mendasar. Di mana kebanyakan audiens muda mulai melakukan pencarian, bukan Googling.
Para generasi muda malah sering membuka media sosial TikTok atau Instagram ketika mencari rekomendasi restoran, menggunakan pencarian AI Generatif seperti ChatGPT, atau langsung menuju marketplace berskala besar, seperti Amazon dan lainnya.
Umumnya sejumlah orang yang semakin dewasa mulai mengandalkan Google untuk mendapatkan informasi. Akan tetapi pada Gen Z yang mulai menginjak dewasa, justru semakin memanfaatkan media sosial sebagai sumber informasi utamanya.
Apalagi karena tumbuh dalam era internet yang semakin matang, sehingga mereka lebih mengandalkan media sosial untuk mendapatkan berbagai informasi. Begitu juga dengan berbelanja, media sosiallah tempat mereka mencari informasi utama mengenai review, produk, dan sebagainya.
Karena kecenderungan inilah, Instagram dan TikTok pun mulai merespon kebiasaan Gen Z tersebut. Caranya adalah dengan membuat platform e-commerce sendiri serta sebuah iklan yang disesuaikan, sehingga menghasilkan pendapatan hingga belasan miliar di tahun 2023.
Google Akhirnya Mulai Lakukan Perubahan
Ketika Instagram dan TikTok mulai merasakan efek manis karena beradaptasi dengan gaya para anak muda, Google sebelumnya harus menghadapi sejumlah masalah. Tahun 2022 lalu dalam konferensi Fortune’s 2022 Brainstorm Tech, wakil presiden senior Google, Prabhakar Raghavan menyinggung hal tersebut.
Dalam data internal perusahaan, ia menyatakan bahwa bahkan untuk mencari tempat makan siang, 40% para anak muda tidak menggunakan Google Search atau Maps, namun pergi ke TikTok atau Instagram.
Kesulitan Google pun semakin diperparah karena mereka kalah gugatan antimonopoli, yang mana hakim federal menyatakan mereka melakukan monopoli pasar pencarian.
Caranya melalui perusahaan induk mereka, Alphabet, yang melakukan pembayaran 25 miliar dolar AS supaya jadi mesin pencari default pada browser dan smartphone, sehingga membuat pesaing sulit menembus pasar.
Akan tetapi setelah memahami hal tersebut, Google mulai melakukan perubahan. Mereka sadar jika anak muda lebih tertarik dengan gambar dan video, berbanding dengan generasi di atas yang lebih suka memakai kata kunci atau klik link sesuai kata tersebut. Sehingga ini juga mempengaruhi SEO ( Search Engine Optimization ) saat ini.
Karena itulah, mereka mulai melakukan investasi demi mengatasi hal tersebut, sehingga pengguna juga dapat melakukan pencarian berdasarkan gambar maupun teks. Bahkan nantinya juga ada fitur “near me” supaya bisa menemukan layanan, toko, dan produk terdekat.