Berita – Sukses Daily Callan Rahmadyvi Triyunanto adalah sosok inspiratif yang membuktikan bahwa keterbatasan fisik tidak menjadi penghalang untuk meraih cita-cita. Sebagai mahasiswa tuli pertama dari Universitas Brawijaya (UB), Callan berhasil lolos seleksi program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) juga menjalani magang di salah satu media nasional ternama.
Yang menarik, ia mengikuti jalur seleksi umum tanpa perlakuan khusus, bersaing dengan mahasiswa lainnya dari seluruh Indonesia, baik yang difabel maupun tidak.
Kisah Callan Triyunanto Mahasiswa yang Menginspirasi Dunia Jurnalistik
Selama magang, Callan menjalani tugas-tugas layaknya peserta magang lainnya seperti menulis lima berita setiap hari juga meliput langsung berbagai acara.
Salah satu pengalaman yang paling berkesan baginya adalah ketika ia meliput Pekan Keanekaragaman Hayati Indonesia 2024. Ia menulis berita tentang satwa langka seperti badak dan komodo serta upaya konservasinya.
Tantangannya, sebagai jurnalis tuli, Callan melakukan wawancara secara tertulis dengan narasumber. Meskipun ada keterbatasan, ia tetap menjalankan tugas jurnalistiknya dengan baik dan mendapatkan apresiasi dari perusahaan media tempatnya magang.
Keberhasilannya sebagai jurnalis tuli pertama di media nasional ini menunjukkan bahwa inklusi di tempat kerja adalah sesuatu yang mungkin dan sangat penting. Prestasi ini juga menjadi bukti bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk berkarier di dunia yang penuh dengan tantangan.
Mendirikan Kelas Bahasa Isyarat Gratis untuk Masyarakat
Selain berkarier di dunia jurnalistik, ia juga dikenal karena dedikasinya untuk komunitas difabel, khususnya teman-teman tuli juga bisu. Ia mendirikan Kelas Isyarat, sebuah platform edukasi bahasa isyarat yang memberikan kelas secara gratis melalui Instagram.
Melalui inisiatif ini, ia serta temannya berharap bisa mempermudah masyarakat umum dalam mempelajari bahasa isyarat, sehingga mereka bisa lebih mudah berkomunikasi dengan komunitas difabel tuli.
Dengan memberikan akses belajar bahasa isyarat secara cuma-cuma, ia berharap semakin banyak orang yang memahami dan bisa berinteraksi dengan komunitas tuli.
Kelas Isyarat ini telah mendapatkan respons positif dari masyarakat dan komunitas difabel, serta menjadi langkah kecil namun penting untuk memajukan inklusivitas di Indonesia.
Impian Menjadi Dosen dan Melanjutkan Pendidikan
Tak hanya aktif dalam jurnalistik dan komunitas, ia juga memiliki impian besar untuk berkontribusi di dunia pendidikan. Selama kuliah di UB, ia sering menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Dasar Jurnalistik.
Dari pengalaman tersebut, ia terinspirasi untuk menjadi dosen. Bagi Callan, menjadi dosen adalah salah satu cara terbaik untuk berbagi ilmu dan pengalaman, sekaligus mencetak generasi baru jurnalis yang lebih inklusif.
Ia berencana melanjutkan pendidikan pascasarjana di Universitas Brawijaya dengan konsentrasi pada media massa. Ia berharap dengan meraih gelar yang lebih tinggi, ia bisa mewujudkan cita-citanya menjadi dosen dan jurnalis profesional yang berfokus pada isu-isu inklusivitas dan keberagaman.
Pendidikan bagi Callan adalah kunci utama untuk mencapai kesuksesan sekaligus sarana untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat. Callan juga merasa beruntung bisa menempuh pendidikan di UB yang telah memberikan banyak peluang dan pengalaman yang membantunya tumbuh sebagai individu dan profesional.
Dari menjadi asisten praktikum hingga terlibat dalam MSIB, setiap pengalaman ini membawa Callan semakin dekat dengan impiannya. Kisah Callan Triyunanto adalah inspirasi bagi banyak orang, khususnya komunitas difabel. Melalui semangatnya di dunia jurnalistik, pendirian Kelas Isyarat.
Tekadnya untuk menjadi dosen, Callan membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk mengejar impian. Ia mengajarkan kita bahwa dengan tekad kuat dan dukungan yang tepat, siapa pun bisa meraih kesuksesan dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.