Berita – Sukses Daily Pabrik Kompor Quantum yang telah menjalankan bisnisnya selama bertahun-tahun, kini sedang mendapat nasib naas. Pabrik tersebut dinyatakan dalam kondisi “pailit” oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Akibat keputusan itu, besar kemungkinan pabrik akan dilelang terutama untuk asset perusahaan. Namun, keadaan ini juga merembet pada asset lain yang ada di luar industri.
Aset Berupa Rumah dan Pesantren Bisa Disita
Situasi pailit pabrik Quantum merembet kepada perampasan asset lain seperti bangunan pesantren hingga rumah. Perusahaan Produsen Quantum, PT. ADITEC CAKRAWIYASA, diketahui memiliki beberapa aset.
Misalnya saja Pesantren Quantum IDEA yang merupakan lembaga pendidikan Agama Islam. Lembaga pendidikan tersebut ada di bawah paying “Yayasan Quantum Idea” yang bersama dengan Pendidikan MA atau Madrasah Aliyah.
Diketahui bahwa pesantren tersebut terletak di wilayah Jatisampurna, Bekasi. Keadaan pailit dialami oleh all group pada pabrik kompor ini sehingga penyitaan mungkin akan terjadi.
Keterangan Rawono Sosrodimulyo Selaku Pembina Yayasan
Rawono Sosrodimulyo selaku ketua Yayasan memberikan keterangannya ketika ditemui awak media. Pria yang juga menjadi pendiri pabrik kompor Quantum tersebut menjelaskan bahwa tidak semua tanah menjadi jaminan.
Namun, kondisinya sekarang adalah pailit untuk all group sehingga besar kemungkinan pesantren dan sekolahnya harus dijual. Selain Rawono, ada juga nama tenar lain yang ada dalam Jajaran Anggota Kehormatan Pembina Yayasan seperti Hilmi Panigoro.
Utang Quantum Mencapai Rp 660 Miliar
Sebuah fakta mencengangkan menunjukkan bahwa Quantum sekarang masih memiliki tanggungan hutang sebesar Rp 660 miliar. Yang menyedihkan adalah nilai asset perusahaan ditaksir hanya sekitar Rp 100 miliar saja.
Artinya, Direksi harus bersiap dengan kemungkinan terburuk di mana mereka harus melepas asset pribadinya. Terutama jika aset milik perusahaan ternyata tidak cukup untuk menutup hutang.
Aset yang dimaksud di atas bahkan termasuk beberapa rumah pribadi yang bukan merupakan tunggakan. Namun, Iwan Budi Buana selaku direktur Quantum mengaku belum menginformasikan masalah tersebut ke induk Perindustrian.
Induk perindustrian dalam hal ini adalah Kementerian Perindustrian Indonesia. Agar pabrik yang sudah berkontribusi selama 30 tahun (sejak 1993) di Indonesia bisa mengatasi masalahnya, dibutuhkan bantuan nyata dari beberapa pihak.
Namun, yang jelas Direksi seperti Iwan Budi Buana sekarang tidak dapat berbuat banyak. Alasannya adalah semua aset yang dimiliki oleh perusahaan sudah sepenuhnya menjadi kewenangan dari Kurator.
Dirinya menjelaskan bahwa tidak ada kewenangan lagi yang ia miliki. Untuk itu, Iwan menyerahkan semuanya kepada pihak terkait mengenai masalah penyelesaian hutang.
Fakta dari Pedagang Langsung di Pasar
Setelah mendengar bangkrutnya pabrik kompor legendaris tersebut, beberapa pedagang mengungkapkan sebuah fakta. Ternyata di pasaran kompor Quantum memang sudah kalah saing.
Kebanyakan konsumen selalu menanyakan merek lainnya seperti Miyako dan Rinai. Inilah salah satu alasan mengapa pedagang memilih menyetok jenis 1 tungku saja untuk Quantum.
Selain itu, pedagang juga lebih memilih menyetok berbagai merek dibandingkan hanya satu saja. Ini karena faktor harga di mana konsumen seringkali mengganti pilihannya sesuai budget.